Selasa, 29 Desember 2009

antara dua pilihan


h1

ANTARA DUA PILIHAN…

1123129614620_Al_Azhar_University_Cairo_PicturePerjalanan hidup kadang susah ditebak, kita berencana lain yang terjadi pun berbeda. Inilah yang kerap terjadi dalam kehidupan kita. Walaupun sudah kita rencanakan matang-matang namun akhirnya bertolak belakang dengan apa yang kita inginkan.

Berangkat ke Kairo berniat untuk menguasai ilmu-ilmu agama namun ditengah jalan dicegat pemuda sholeh untuk mengarungi bahtera rumah tangga. Tawaranpun diterima. get marriedAkad dilafadhkan. Status berubah menjadi nyonya…beberapa bulan menikah si mungil hadir. Kondisi naik turun. Masalahpun timbul…

onion-dp38

Antara studi dan rumah tangga, mana yang harus diprioritaskan?..pusiiiiiiing…

Diambil dua-duanya kerepotan, capek dan mumet..harus ada yang dikorbankan. Tapi aku gak mau… kondisi jadi labil…hu..hu..cinta suami,anak, tapi studi juga…waa..gedubrak.. pusing..

Akhirnya, suatu pertemuan dengan kakak senior di masjid Al-azhar mengubah kehidupan saya yang lesu menjadi lebih bersemangat. Pribadi yang sangat kuat dan lincah serta gesit ini memberi inspirasi buat saya untuk menjadi lebih baik dari hari ke hari. She is the inspirator for me..

Menjalani kehidupan dengan tiga status tidak lah mudah. Itu membutuhkan manajemen dan kekuatan ekstra. Ketika harus berhadapan dengan masalah-masalah yang bakal membuat kita lesu dan stress. Ketika itu kita membutuhkan energi tambahan yang bernama tausiah dan ruhiyah.

2801407387_e0602caa70_o

Status sebagai seorang istri dan ibu adalah sangat urgen dan hal yang muhim tidak bisa ditinggalkan tapi di sisi lain status sebagai pelajar mendesak untuk dikerjakan. Dalam masalah ini dituntut kejelian untuk memilah hal-hal yang lebih utama dikerjakan antara hal–hal utama. Tidak semua orang memiliki kejelian dan kepandaian dalam masalah ini.

2935422518_2e26e22b5b_o

Bagi ibu yang memiliki peranan ganda seperti ini, kadang emosinya mudah tersulut, cepat membludak. doaku harapankuJadi kekuatan ruhiyah, serta manajemen diri sangatlah penting. Pertolongan Allah swt adalah solusi dalam masalah ini, banyak berdoa semoga diberi kemudahan dalam segala kegiatan dan diberi kesabaran dalam menjalaninya. Inilah bait-bait nasehat yang dapat saya petik. Nasehat yang sangat berharga pembangun jiwa.

SERPIHAN LUKA YANG BERSERAh

Tatkala badai yang mendewasa mengungkung asa, diriku terhempas di terjalnya jurang sukma. Terpuruk ragaku mengenyam empedu. Dalam kebimbangan ini kurasa dunia bukan lagi tempatku bersinggah membangun harap. Bening hatiku pupus dimakan waktu.

uin jakartaAku masih terpaku di antara hiruk pikuk keramaian kampus. Cekikikan beberapa mahasiswi tak membuat kepalaku bergeming untuk menoleh pada mereka. Sapaan ringan teman-teman seangkatan kubalas dengan anggukan sopan. Tentu saja, pikiran dan perasaanku masih hanyut pada bait-bait kalimat di selembar kertas buram yang kini berada dalam genggamanku. Ketika tanpa sengaja aku menemukan sebuah buku tergeletak begitu saja di halaman parkir. Nuraniku menyuruhku untuk memungutnya. Hingga tanpa kusadari, selembar kertas terselip jatuh dari dalamnya.

Hm… siapa gerangan pemilik buku ini? Tanganku sibuk membolak balik sementara mataku awas menelusuri tulisan-tulisan didalamnya sampai akhirnya kubaca sebuah nama di sudut atas sampul bagian dalam buku tersebut:

HARI BUDIMAN, FAKULTAS PSIKOLOGI, TINGKAT TIGA

“Allaaahu akbar… Allaahu akbar!”

Senandung azan magrib menyadarkanku untuk segera mengayun langkah menuju kost-an di seberang jalan. Buru-buru kumasukkan buku tersebut ke ransel miniku. Senja makin merah. Semburat rona pelangi mewarna indah memayungi alam Jakarta.

Nun, jauh di sudut hatiku, masih tersisa sejumput kagum terhadap bait-bait yang tadi kubaca. Ada tanya yang menggantung : apa yang tengah dirasakannya ketika menulis untaian kata itu?

***

Sengatan terik mentari meraja di waktu zuhur usai menjelang. Salat zuhur yang kutunaikan di mesjid kampus, membuka ruang nyaman di bilik hatiku. Segarnya es kelapa cukup menghilangkan senut-senut di kepalaku habis mengikuti kuliah pak Sidarta, si dosen killer itu.

Uff… kuhembuskan nafas lega. Karena siang ini tak ada mata kuliah yang harus kuikuti. Tiba-tiba ingatanku melayang mengenang sesuatu. Buku itu. Ya, semenjak tadi malam telah kupupuk niat untuk mengembalikan buku tersebut kepada si empunya.

fakultas psikologi UIN JakartaKubayar minuman dengan sedikit tergesa. Kakiku pun terayun menuju Fakultas Psikologi. Gesekan langkahku terasa lebih berirama ketika ubin-ubin Fakultas Psikologi ini kutapaki.

“Assalamu’alaikum, Ton…”aku mencegat Toni, calon psikolog sekaligus teman seorganisasiku di LDK (Lembaga Da’wah Kampus).

“Wa’alaikum salam… Arif? Ada angin apa nih?” senyum hangat Toni menyambut sapaku.

“Afwan mengganggu sebentar. Ente kenal yang namanya Hari Budiman nggak? Aku ada perlu sama dia.”

“Tingkat berapa?” Toni balik bertanya.

“Tingkat tiga.” Jawabku cepat.

“Mmm…Hari Budiman?” Toni tampak berpikir keras. “…kayaknya aku nggak kenal deh,Rif. Sebaiknya Ente tanya aja ke teman seangkatannya di lantai empat.”

“Oke deh, kalau begitu. Syukran ya. Assalamu’alaikum.”

“Wa’alaikumussalam.” Aku dan Toni pun berpisah.

3229278733_39411b3e89_oTernyata mencari seorang Hari Budiman tak semudah yang kubayangkan. Hampir satu jam berlalu ketika kutemukan sosoknya menyendiri di pojok taman kampus. Sepoi-sepoi angin melambaikan rambut gondrongnya. Wajahnya yang tertunduk seolah tenggelam di balik bahu lebarnya. Aku mendekat.

“Hm…maaf, saudara yang bernama Hari Budiman?” Kepala yang semula tertunduk itu mendongak.

“Ya…saya Hari Budiman. Ada apa ya?!” tanyanya kemudian. Aku sempat tertegun sesaat menyaksikan tatapan sendu yang memancar dari kedua mata elangnya.

“Oh, saya hanya ingin mengembalikan ini.” Tanganku cekatan mengulurkan buku miliknya.

“Terima kasih…” ucapnya dengan senyum tipis.

Siapa sangka, ternyata perkenalan itu membawa kami ke gerbang pertemanan. Tak mudah memang bagiku untuk dekat dengan pribadinya yang pendiam. Tapi kurasa itulah sisi unik yang kusuka dari Hari. Maka sejak saat itu, entah mengapa naluri ingin tahuku menyentak-nyentak beraksi mendorongku untuk lebih banyak tahu tentang kehidupannya.

“Dia seorang yang tertutup, suka menyendiri…” ucap seorang temannya ketika kutanya.

Nyamankah ia menikmati kesendiriannya? Akankah bening hatinya terkikis tatkala kesunyian menjemput? Adakah ia merasa sepi? Tanya dihatiku merebak.

***

Bukanlah angin yang mengirimku untuk menjadi sahabat bagi seorang Hari. Mungkin akulah satu-satunya orang yang dibiarkan masuk ke dalam hidupnya. Satu-satunya orang yang diterimanya sebagai teman. Teringat kembali bait-bait yang pernah ditulisnya di selembar kertas waktu itu, membuatku makin berkeinginan untuk menyibak tabir duka yang disimpannya. Tatapan sendu berkabut, Senyum yang hampir tak pernah hadir, permenungan yang kadang dihiasi titik-titik bening, cukuplah sebagai tanda suatu sisi buram bersemayam utuh di ruang hatinya. Meski ia tak pernah berucap.

badai lukaSeperti di suatu pagi yang basah, kutemukan dirinya diam dalam tangis yang menjalar.

“Assalamu’alaikum Har? Ada apa?”

“Wa… wa’alaikum salam ” gelagapan Hari menjawab salamku. Kami sama-sama terdiam.

“Ada apa ? mungkin aku bisa membantu. Berceritalah!…” tanganku menjangkau punggungnya bersimpati.

Sunyi. Rumput-rumput dan dedaunan bergoyang meningkahi tiupan angin. Seliweran mahasiswa mulai kelihatan di gerbang kampus. Namun Hari masih membisu.

“Rif, menurutmu Tuhan itu Maha Adil apa tidak ?”

Katanya pelan.

“Tentu saja !”ujarku cepat.

Setelah itu benar-benar sunyi. Hari membiarku menunggu. Dari mulutnya tak lagi keluar sepatah katapun.

***

“Rif ada titipan…’ sapaan pertama Ahmad, teman sejurusanku menghentikan langkahku menuruni tangga gedung fakultas. Kuliah hari ini begitu melelahkan. Aku ingin secepatnya sampai di rumah. Istirahat.

“Dari siapa ?” tanyaku pada Ahmad. Yang ditanya angkat bahu.

“Terima kasih ya…” kutampilkan segaris senyum pada Ahmad sebelum berlalu.

Setiba di kost-an, hati-hati kubuka bungkusan yang tadi diberikan Ahmad bersampulkan kertas koran. Hei… ternyata sebuah diary. Milik Hari!

8 november 03

Badai tak berkesudahan menghampir. Aku bukanlah malaikat yang senantiasa mampu memikul beban prahara. Bukan pula nabi yang punya segudang kekuatan dengan sejuta kesabaran. Aku hanya seorang nista yang punya lara di atas serpihan duka. Aku juga punya luka tatkala mendengar sebuah berita : bahwa aku bukanlah anak kandung dari orang yang selama ini kupanggil ayah. Ia bukan ayah kandungku. Ia pamanku! lalu ke mana ayahku? Di mana ibuku? Ke mana harus kukejar kasih itu? Dimana harus kutagih cinta itu?.

Kubiarkan senja berlalu yang tak mampu menjawab tanya.

Desember 03

Perjalanan waktu dari hari ke hari semakin tua. Kukuatkan raga untuk menuliskan kilas gelap rantai hidupku yang kejam. Siapa yang bisa menyangka, kalau aku pun berhak tahu atas semua. Telah kurambahi hitamnya gulita. Kukorek-korek hingga muncul sebuah kepastian.

Ayah dan ibuku meninggal di sebuah kecelakaan. Di usiaku 3 tahun kala itu, aku belumlah mampu melukis sosok ayah dalam memoar ingatanku.

Februari 04

Terjawab sudah rangkaian semu yang melilit perjalanan panjangku. Ayahku seorang saudagar kaya. Dan dia! Pamanku, ia menyeretku paksa ke kehidupannya. Melarikanku ke sebuah lembah yang tak kukenal dan memaksaku memanggilnya “Ayah…”. Sementara ia berpesta pora dengan harta peninggalan ayah tanpa sedikit pun memberitahuku. Serakah!!

Takkan menganga lukaku, jika ia tak menganggapku sampah di rumahnya sendiri. Membedakanku dari anak-anaknya yang lain. Menganaktirikanku. Ternyata memang aku bukanlah darah dagingnya.3436404081_b8a3e4072b_o

Kini, 23 tahun sudah aku bagai burung tanpa sarang. Tak punya tempat kembali. Kepada siapa harus kulabuhkan diri ini sementara pelayaran belum lagi mencapai tepi. Apakah dunia ini masih berhak kusinggahi? Masihkah ada harap uintuk merenda keping hatiku yang berserak?

Kuhembuskan nafas berat setelah membaca diary milik Hari. Ah, sebegitu dalam deritamu, Kawan. Kenapa tak berbagi?! Masih ada Dia, Zat Yang Maha Adil dan Penyayang. Ia takkan meninggalkanmu…

MUTIARA YANG HILANG

31 October 2009

oleh: Desri Nengsih*

Tidak ada makhluk yang paling sempurna selain wanita. Sosok penuh misteri yang tak ada tandingannya. Saban hari jutaan lelaki memuja dan bersimpuh memohon cintanya. Para penulis novel klasik hingga modern mengakuinya sebagai ratu dunia akhirat. Mereka dipuji lewat untaian kata yang begitu indah dan syair lagu-lagu yang merdu. Wanita menjadi sumber inspirasi yang tidak pernah kering, di mana ada wanita di sana kehangatan hidup dapat dirasakan. Begitulah filosof barat memandang wanita.Itulah yang terjadi pada saat sekarang ini.

3155928814_a492f9954bNamun Islam memandang wanita bukanlah seperti itu. Dalam Islam wanita merupakan sosok yang sangat indah, ibarat batu permata yang penuh dengan harga diri. Kita akan temukan banyak ayat dan hadits bercerita tentang wanita hingga kita akan merasakan betapa agungnya wanita dalam kaca mata Islam, yang terkenal dengan kelembutan dan keanggunannya. Namun dengan keanggunannya itu bukanlah berarti ia lemah.

Di balik tabir kelembutan dan keanggunanya itulah tersimpan kilauan mutiara yang akan menggemilangkan Islam di mata dunia. Muslimah yang beridentitas gemilang inilah yang pernah menjadi sayap kiri dalam perjuangan li I’lâ kalimatillâh.

Tetapi pada zaman sekarang ini masih adakah muslimah yang berjiwa kental seperti Sayyidatina Aisyah atau Ummu Habibah, mutiara Islam yang lahir dari tapak berlumpur darah yang tercatat dalam sejarah agung Islam? Apakah mutiara itu hanya bersinar pada zaman tersebut, bukan pada zaman sekarang?

Fenomena Muslimah Hari Ini

Pada zaman sekarang, kita telah kehilangan mutiara Islam terbesar, bahkan lebih besar dari pada kepergian seorang ulama, karena tangan wanita mampu menggoncang dunia, hingga hilanglah mutiara Islam dan lahirlah kaca yang telah pudar kilauannya. Adakalanya keterlaluan dalam satu perkara tetapi mengabaikan perkara yang lain. Melaksanakan ketaatan kepada suami tetapi gagal dalam hubungan kekeluargaan. Melaksanakan ketaatan kepada keluarga tetapi gagal dalam membina rumah tangga. Menjaga hubungan dengan orang lain tetapi melalaikan tuntutan istiqomah dalam menambah ilmu pengetahuan. Berikrar ingin menegakkan daulah tapi gagal menyelesaikan masalah sendiri, lantas hidup dalam dunia angan-angan, menjadikan afdhalunnisa’ sebagai impiannya tetapi hanya eksternal saja.

Padahal Islam tidak pernah sedikitpun memerintahkan umatnya seperti itu, bahkan Islam tidak pernah bersikap diskriminasi dalam menghukum dan menjelaskan suatu hukum, tapi kitalah yang mendiskriminasikannya.

Firman Allah Swt. dalam Al-Baqarah ayat 85 Apakah kamu beriman dengan sebagian kitab dan ingkar dengan sebagian yang lain?”. Itulah yang terjadi pada saat ini, kita sebagai seorang muslimah begitu jauh dari hakikat sebenarnya, telah kehilangan identitas dan kekuatan jiwa, namun tidak menyadarinya.

Kemudian ironisnya lagi, banyak wanita Islam yang tergiur dengan kebebasan model barat mulai dari pakaian bahkan sampai ke harga diri mereka. Banyak kita lihat wanita-wanita antri dalam membeli tiket kebebAsan, dan saban hari kita saksikan wanita yang masih mengaku Islam tetapi sikap mereka tak ubahnya seperti wanita barat dan kafirîn. Mereka tanggalkan kehormatan yang diberikan Islam dan memilih tempat di emperan.

2917562366_9f2722e9ed_oDi sisi lain, kita juga menemukan muslimah yang kembali ke masa kejayaan jahiliyah dengan menyukai mistik keuntungan fatamorgana lewat arisan dan berbagai hal lain yang menggadaikan harga diri dan iffah mereka. Itu semua adalah misi-misi orang barat, yang notabenenya Yahudi dan Nasrani untuk menghancurkan Islam dengan “7F” yaitu food, film, fashion of life style, free thingkers, financial, faith, and friction. Bahkan mereka juga menambahkan freedom of religion dan frustration, semuanya ini mempunyai dampak yang begitu luas bagi kaum muslimin khususnya di kalangan muslimah terutama di Indonesia.

Sejarah telah membuktikan, betapa karir gemilang ukiran tokoh-tokoh legendaris dunia tidak dapat dipisahkan dari sentuhan lembut cinta seorang wanita. Betapa banyaknya pula persaudaraan mukmin terputus hanya karena fitnah wanita. Seorang anak tega meninggalkan ibunya demi mencari cinta seorang wanita. Islam datang memberikan solusi terhadap permasalahan umatnya dari yang sekecil-kecilnya sampai ke yang sebesar-besarnya. Bahkan Al-Quran dan sunnah pun telah memaparkan tips-tips yang penting dilaksanakan dan dijaga dalam membentuk muslimah yang berkredibiliti unggul. Mulai dari syakhsiah muslimah terhadap Robbnya, diri, kedua orang tua, suami, anak-anak, kereabat, jiran, saudara, sahabat dan masyarakat.

Islampun talah merangka sebuah kehidupan yang sangat perfect dalam membina kepribadian muslimah. Tapi muslimah itu lalai dalam mencari dan menerimanya. Misalnya dalam menjalani fatroh pertunangan, muslimah tidak mudah terpedaya dengan desakan tunangan untuk melakukan hal-hal yang menjatuhkan dan menodai muruah diri dan keluarga, serta dalam pemilihan seorang suami muslimah perlu mempunyai pegangan agar tidak mudah goyah apabila terpaksa menerima pilihan keluarga yang terpikat dengan rupa, harta, atau kedudukan yang tidak memiliki dîn.

Menjelmakan roh idola srikandi Islam

Siapa sih yang nggak kenal dengan Ummu Sulaim? Rugi banget kalau nggak tahu… Dialah seorang idola pilihan Islam, ketika ia dan anak-anaknya memaparkan kecekalan dan kekuatan imannya, dalam keadaan suaminya Malik Bin Dinar berada dalam kekufuran dan menentang Islam. Begitu juga dengan sohabiyat lainnya seperti Ummu Habibah Binti Abi Sofyan dalam memperthankan akidah dan agamanya pada hari suami kesayanganya murtad.

2828242048_db0c14b344Suatu asas yang perlu dijaga dan diperhatikan oleh seorang muslimah ialah menjaga agamanya, kesucian akidahnya, dan menjadi muslimah yang diridhoi Allah. Seorang muslimah yang tidak mempunyai kekuatan iman niscaya tidak akan merasakan kemulian dirinya sebagai seorang muslimah. Tapi jika ia mempunyai iman yang kuat, akidah yang mantap niscaya ia tidak akan mudah terbawa arus yang menjatuhkannya ke jurang kehinaan, apalagi dalam menjalani kehidupan yang glamour. Dengan pakaian iman dan takwa inilah ia mampu membentuk dirinya, mempertimbangkan suatu perkara dengan bijaksana, menghiasi kesehariannya dengan pebuatan dan perkataannya yang tidak melukai perasaan orang lain. Berpikir sebelum bertindak dan berbuat serta tidak gegabah dalam menghadapi masalah. Walupun dalam keadaan marah ia masih bertindak dengan bijaksana dan terkendali dengan kekuatan imannya.

Sayyidatuna Aisyah, Ummul Mukminîn yang terkenal dalam arena srikandi Islam mempunyai kepribadian yang tinggi, sifat ridho yang mendalam terhadap Allah dan rasulnya, segala prilakunya disulami dengan adab dan penuh kehormatan. Seperti peristiwa yang dihadapinya ketika dirinya difitnah sewaktu pulang dari peperangan Musthaliq. Perang Musthaliq merupakan suatu peristiwa yang dijadikan Allah untuk menguji Rasulullah dan seluruh umat Islam pada zaman itu. Dalam peristiwa itu terlihatlah ketegaran Aisyah sebagai muslimah sejati yang sabar dan mempunyai keimanan dan kepercayaan kepada Allah dalam membela diri.

Ibnu Qoyyim berkata Semasa ujian itu didatangkan, Allah telah menahan wahyu kepada Rasulullah selama sebulan karena Aisyah, dan untuk mendatangkan hikmah yang telah diqodho dan diqadarkan sebelumnya.” Kemudian kehebatan Aisyah dari segi ma’rifat, kekuatan iman, ketauhidan, dan keyakinannya bahwa Allah tidak akan menzalimi hambanya yang beriman, serta keyakinan terhadap suaminya Rasulullah.

deuy-kt-cypSaudariku… Walaupun mereka telah lama tiada, tetapi ruh jihad dan ketakwaan mereka masih tetap hidup, maka tugas kitalah untuk menjelmakan ruh dan ketakwaan wanita-wanita agung itu dalam kehidupan kita. Meniupkannya ke jiwa insan yang lain demi menyelamatkan dunia hari ini dari keruntuhan. So… mulailah dari diri sendiri, mulailah detik ini juga. Bersiaplah menjadi wanita hebat karena kitalah Aisyah-Aisyah abad ini.

Wallahul musta’an. Wallâhu ‘a’lam bish-showâb.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar